ANEWSPATRON.COM, - Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia cara bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalankan hidup itu. 

Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita.

Etika menurut Keraf (2005:14) berasal dari perkataan Yunani “Ethos” berarti kesedian jiwa akan kesusilaan, atau secara bebas dapat diartikan kumpulan dari peraturan-peraturan kesusilaan. Pengertian etika pada umumnya adalah sebagai usaha yang sistematis dengan menggunakan rasio untuk menafsirkan pengalaman moral individual dan sosial sehingga dapat menetapkan aturan untuk mengendalikan perilaku manusia serta nilai-nilai yang berbobot untuk dapat dijadikan sasaran dalam hidup.

Seperti yang kita ketahui etika merupakan masalah penilaian baik dan buruk, sopan atau tidak sopan tingkah laku dan perbuatan seseorang. Tugas utama etika adalah mencari ukuran yang baik dan buruk perilaku individu dan tahu norma-norma, tata nilai dan tata susila yang berlaku dalam masyarakat.

Dalam suatu kantor instansi pemerintah atau perusahaan tentu mempunyai aturan kerja atau dispilin kerja pegawai, salah satu adalah etika berpakaian atau berbusana. Etika berbusana sangat erat kaitannya dengan etika manusia sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan masyarakat terutama dalam lingkungan kantor. Kemampuan seseorang untuk dapat berbusana dengan tepat dan baik akan menampilkan kesan positif yang berkaitan erat dengan gairah hidup dan kepribadian seseorang, sehingga menambah percaya diri. Berbusana dengan baik juga salah satu unsur meningkatan aktivitas kantor dan kerjasama yang baik antara atasan dan karyawan.

Ontologi: Esensi dan Realitas Etika dan Moral Menurut beberapa pandangan ontologis, moral dan etika adalah bagian integral dari struktur realitas. Misalnya, dalam filsafat Aristotelian, ada pandangan bahwa nilai-nilai moral adalah bagian dari esensi manusia. Aristoteles berpendapat bahwa manusia, sebagai makhluk rasional, memiliki tujuan akhir (telos) untuk mencapai kebahagiaan (eudaimonia) melalui praktik kebajikan (arete). Dalam pandangan ini, etika dan moral adalah bagian dari hakikat manusia dan karenanya memiliki validitas universal.

Di sisi lain, ada pandangan yang melihat moral dan etika sebagai konstruksi sosial. Menurut pandangan ini, nilai-nilai moral dan etika dibentuk oleh konteks budaya, sejarah, dan situasi sosial tertentu. Hal ini berarti bahwa apa yang dianggap benar atau salah, baik atau buruk, dapat bervariasi dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya. 

Dalam konteks ini, moral dan etika tidak memiliki validitas universal karena mereka bergantung pada interpretasi manusia dalam konteks tertentu.Epistemologi: Pengetahuan dan Justifikasi dalam Etika dan Moral Dalam konteks etika dan moral, epistemologi berfokus pada bagaimana kita mengetahui apa yang benar atau salah, dan bagaimana kita dapat membenarkan keyakinan moral kita.

Beberapa filsuf berpendapat bahwa ada kebenaran moral objektif yang dapat ditemukan melalui akal dan refleksi. Misalnya, Immanuel Kant berpendapat bahwa ada imperatif kategoris yang dapat ditentukan melalui alasan rasional, yang memberikan dasar bagi hukum moral universal. Dalam pandangan Kant, tindakan moral haruslah tindakan yang dapat dijadikan hukum universal tanpa kontradiksi.

Aksiologi: Nilai dan Kepentingan dalam Etika dan MoralDalam konteks etika dan moral, aksiologi berfokus pada apa yang dianggap bernilai dan mengapa sesuatu dianggap bernilai.Salah satu pertanyaan utama dalam aksiologi moral adalah apakah nilai-nilai moral bersifat intrinsik atau instrumental. Nilai intrinsik adalah nilai yang dimiliki sesuatu karena dirinya sendiri, sementara sementara nilai instrumental adalah nilai yang dimiliki sesuatu karena itu berguna untuk mencapai tujuan lain. Misalnya, kebahagiaan sering dianggap sebagai nilai intrinsik karena diinginkan untuk dirinya sendiri, sementara uang dianggap sebagai nilai instrumental karena berguna untuk mencapai tujuan lain.

Pada akhirnya, pertanyaan tentang apakah moral dan etika berlaku universal mungkin tidak memiliki jawaban yang definitif. Sebaliknya, ini adalah pertanyaan yang memerlukan refleksi dan dialog terus-menerus antara berbagai perspektif filosofis dan budaya. Dalam konteks global yang semakin terhubung, penting untuk terus menjelajahi dan memahami kompleksitas etika dan moral, serta mencari cara untuk membangun pemahaman bersama yang menghormati keragaman manusia.

Filsafat ontologi, epistemologi, dan aksiologi memberikan wawasan yang mendalam tentang sifat, pengetahuan, dan nilai dari kedua konsep ini, serta tantangan dan peluang yang ada dalam mencari jawaban atas pertanyaan apakah mereka berlaku universal.

Di sisi lain, ada pandangan yang melihat moral dan etika sebagai konstruksi sosial. Menurut pandangan ini, nilai-nilai moral dan etika dibentuk oleh konteks budaya, sejarah, dan situasi sosial tertentu. Hal ini berarti bahwa apa yang dianggap benar atau salah, baik atau buruk, dapat bervariasi dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya. 

Dalam konteks ini, moral dan etika tidak memiliki validitas universal karena mereka bergantung pada interpretasi manusia dalam konteks tertentu.Epistemologi: Pengetahuan dan Justifikasi dalam Etika dan Moral Dalam konteks etika dan moral, epistemologi berfokus pada bagaimana kita mengetahui apa yang benar atau salah, dan bagaimana kita dapat membenarkan keyakinan moral kita.

Beberapa filsuf berpendapat bahwa ada kebenaran moral objektif yang dapat ditemukan melalui akal dan refleksi. Misalnya, Immanuel Kant berpendapat bahwa ada imperatif kategoris yang dapat ditentukan melalui alasan rasional, yang memberikan dasar bagi hukum moral universal. Dalam pandangan Kant, tindakan moral haruslah tindakan yang dapat dijadikan hukum universal tanpa kontradiksi.

Aksiologi: Nilai dan Kepentingan dalam Etika dan MoralDalam konteks etika dan moral, aksiologi berfokus pada apa yang dianggap bernilai dan mengapa sesuatu dianggap bernilai.Salah satu pertanyaan utama dalam aksiologi moral adalah apakah nilai-nilai moral bersifat intrinsik atau instrumental. Nilai intrinsik adalah nilai yang dimiliki sesuatu karena dirinya sendiri, sementara nilai instrumental adalah nilai yang dimiliki sesuatu karena itu berguna untuk mencapai tujuan lain. Misalnya, kebahagiaan sering dianggap sebagai nilai intrinsik karena diinginkan untuk dirinya sendiri, sementara uang dianggap sebagai nilai instrumental karena berguna untuk mencapai tujuan lain.

Pada akhirnya, pertanyaan tentang apakah moral dan etika berlaku universal mungkin tidak memiliki jawaban yang definitif. Sebaliknya, ini adalah pertanyaan yang memerlukan refleksi dan dialog terus-menerus antara berbagai perspektif filosofis dan budaya. Dalam konteks global yang semakin terhubung, penting untuk terus menjelajahi dan memahami kompleksitas etika dan moral, serta mencari cara untuk membangun pemahaman bersama yang menghormati keragaman manusia.

Menentukan cara dalam menyesuaikan diri, maupun kualitas tindakan' perilakuindi&idu terhadap lingkugan. Penentuan nilai baik maupun buruk suatu tindakan adakaitannya dengan etika. Kepribadian dibentuk melalui faktor keturunan, genetika dan faktor lingkungan hidupnya.
Karakter kepribadian yang baik, mampu menilai diri sendiri atas Tindakan yang telah di perbuat, mampu menghadapi situasi secara nyata, dapat mengatur / mengendalikan emosinya. semua itu, ada dalam ajaran etika. Nila-nilai dalam etika, bisa dijadikan pedoman karakter. Selain itu dalam berkarakter membantu seseorang agar dapat memperhatikan nili-nilai etika, perilaku seseorang dalam berhubunganantar manusia, lingkungan berasarkan norma, hukum, budaya, adat istiadat sesuai karakter Kesimpulan
Etika berperan membantu agar seseorang tidak kehilangan adat kebiasaan, membentuk kepribadian yang tidak mudah mengikuti. Manusia/Seseorang dianggap mempunyai karakter baik adalah yang berusaha melakukan hal-hal baik yang dia bisa, terhadap lingkungannya dengan memadukan potensi dan motivasi diri.

Karakter kepribadian yang baik, mampu menilai diri sendiri atas Tindakan yang telah di perbuat, mampu menghadapi situasi secara nyata, dapat mengatur / mengendalikan emosinya. semua itu, ada dalam ajaran etika. Nila-nilai dalam etika, bisa dijadikan pedoman karakter. Selain itu dalam berkarakter membantu seseorang agar dapat memperhatikan nili-nilai etika, perilaku seseorang dalam berhubunganantar manusia, lingkungan berasarkan norma, hukum, budaya, adat istiadat sesuai karakter

Saran Berdasarkan uraian Opini di atas, harapan penulis terhadap para pembaca, baik seorang pendidik, orang tua, maupun orang-orang yang berada di sekitar lingkungan masyarakat perlu pembelajaran baik formal, nonformal tentang Etika yang baik karena dengan Etika yang baik akan mempengaruhi karakter manusia yang baik
filsafat ontologi, epistemologi, dan aksiologi memberikan wawasan yang mendalam tentang sifat, pengetahuan, dan nilai dari kedua konsep ini, serta tantangan dan peluang yang ada dalam mencari jawaban atas pertanyaan apakah mereka berlaku universal.

Pengertian Etika
Etika adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan pilihan-pilihan yang diambil dan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh seseorang dan dampaknya bagi masyarakat luas. Kata “etika” itu sendiri dalam konteks filsafat dapat dirunut ke belakang ketika Socrates (filsuf Yunani Kuno) sedang mengajar. Secara etimologis, istilah “etika” berasal dari istilah bahasa Yunani Kuno “ethikos” yang berarti kewajiban moral (Mc Menemy, dkk, 2006: 1) Kata yang sama artinya, tetapi diambil dari bahasa Latin adalah moral. Istilah “moral” berasal dari kata “mos” dan jamaknya “mores”, artinya sama dengan kata “etika”, yaitu adat kebiasaan (Bertens, 2007: 2).

Selanjutnya, Bertens (2007: 3) mengatakan pengertian etika mengalami perkembangan sehingga sampai saat ini setidaknya ada tiga arti, yaitu:

1. Etika diartikan sebagai nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok masyarakat dalam mengatur tingkah laku, misalnya: Etika Agama Budha, Etika Protestan, Etika Suku Indian, Etika Islam, dan sebagainya. 

Dalam pengertian ini, etika disamakan artinya dengan sistem nilai. Sistem nilai menjadi pegangan dalam menjalani kehidupan sehingga seseorang atau suatu kelompok masyarakat dapat hidup dengan tenang, bahagia, dan bermartabat.

2. Etika diartikan sebagai kumpulan asas atau nilai moral, yaitu biasanya disebut Kode Etik. Kode etik biasanya telah tertulis dan disahkan oleh asosiasi profesi, misalnya: kode etik guru, kode etik wartawan, kode etik hakim, kode etik polisi, kode etik kedokteran, kode etik pengacara, kode etik perawat, kode etik apoteker, dan lain-lain.

3. Etika diartikan sebagai ilmu tentang suatu yang baik atau buruk, atau ilmu yang menyelidiki tingkah laku moral. Disebur juga dengan istilah “filsafat moral”. Dalam pengertian ini, etika lebih bersifat kajian filsafati sebab etika termasuk salah satu cabang filsafat.

Pengertian Pendidikan Karakter
Menurut KBBI, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian (Kamisa,1997:281). Selanjutnya dalam Dorland’s Pocket Medical Dictionary (1968:126), dinyatakan bahwa karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu. Di dalam kamus psikologi dinyatakan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang; biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat relatif tetap (Dali Gulo,1982:29).

Pendidikan karakter merupakan upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Pendidikan karakter diartikan sebagai the deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal character development (usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk membangun pengembangan karakter dengan optimal). Hal ini berarti bahwa untuk mendukung perkembangan karakter peserta didik harus melibatkan seluruh komponen di sekolah, baik dari aspek isi kurikulum, proses pembelajaran, kualitas hubungan, penanganan mata pelajaran, pelaksanaan aktifitas ko-kurikuler, serta etos seluruh lingkungan sekolah.
Bahkan dari sumber yang lain disebutkan bahwa: ”Pendidikan karakter adalah usaha sengaja (sadar) untuk mewujudkan kebajikan, yaitu kualitas kemanusiaan yang baik secara objektif, bukan hanya baik untuk individu perorangan, tetapi juga baik untuk masyarakat secara keseluruhan.”

Terminology yang mendeskripsikan berbagai aspek dalam pembelajaran guna mengembangkan kepribadian. Proses pembelajaran tersebut mengaitkan antara moralitas pendidikan dengan berbagai aspek pribadi dan sosial peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter berkaitan dengan pedoman hidup sehari-hari yang amat diperlukan guna mengambil keputusan dan memecahkan berbagai problem kehidupan yang dihadapi.
Peran Etika terhadap Pembentukan Karakter Manusia Dalam mengembangkan kemampuan berfikir yang akhirnya akan membentuk karakter yang dilandasi dengan etika moral yang tinggi sehingga mampu menjalani pembelajaran dalam menjaga norma, etika, dan moral pendidikan. 

Dalam lingkungan masyarakat, sekolah, maupun keluarga, anak sering menirukan budaya dan etika yang diterimanya.
Karakter merupakan perilaku, pikiran, sikap yang mempengaruhi untuk melakukan suatu tindakan. Berdasarkan karakter yang berhubungan dengan diri seseorang/manusia dengan lingkungan. Terdapat nilai-nilai didalamnya yang mempunyai makna berarti. Perilaku kepribadian manusia/seseorang akan membentuk karakter. 

Tindakan yang baik ataupun sebaliknya. Ada 4 macam sifat dasar dalam diri manusia dalam pembentukan karakter yaitu : anguinis (popular), Melankolis (sempurna), Koleris (kuat), dan Phlegmatis (pecinta damai). Dari pembentukan karakter tersebut dibutuhkan etika. menghargai orang lain, berupaya bertindak sopan kepada oranglain. etika berperan dalam pedoman tingkah laku baik maupun buruk.

Etika berperan membantu agar manusia/seseorang tidak kehilangan adat kebiasaan, membentuk kepribadian yang tidak mudah mengikuti. Manusia/Seseorang dianggap mempunyai karakter baik adalah yang berusaha melakukan hal-hal baik yang dia bisa, terhadap lingkungannya dengan memadukan potensi dan moti&asi diri.(Opini)


Penulis :
Barawaja,Universitas Islam Bandung, Program S3 Dokter Hukum